Laporan Prantikum Pengujian Kesehatan Benih





LAPORAN PRAKTIKUM







Oleh :
Golongan / Kelompok : D / 2
                        ANGGA BAYU SAPUTRA           ( 131510501153 )
                        SILVIA QONIATUL MAULIDA    (131510501152)
                        GITA GRATIA MAYANG              (131510501154)
                        HAFIDLATUL ISLAMI M              (131510501155)
                        KHOIRUN NISA                             (131510501156)
                        DENI RAHMAWATI                       (131510501157)




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014





BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Benih merupakan masukan utama dalam usaha tani yang tidak mungkin diganti dengan masukan yang lain. Benih yang digunakan dalam usaha tani haruslah benih yang bermutu tinggi sehingga mampu menghasilkan tanman yang mampu berproduksi dengan maksimal. Benih yang bermutu adalah benih yang sudah mengalami tahap-tahap pengujian sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Banyak jasad renik yang terbawa oleh benih yang bersifat patogenik. Semua golongan patogen sepertihalnya jamur, bakteri, virus, insekta, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benih telah teribfeksi, terkontaminasi dipermukaan, atau terbawa bersama benih dalam bentuk sklerotia. Penyakit yang ditimbulkan oleh jasad renik tersebut dapat menyerang benih. Disamping menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang berasal dari benih, jasad renik dapat menginfeksi tanaman yang ada disekitarnya, bahkan juga kedaerah lain.
Pentingya pengujian kesehatan benih adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih sehingga dapat merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit lain kedaerah dimana hama dan penyakit itu belum ada sebelumnya. Dengan dilakukan uji kesehatan benih dapat mengurangi resiko terbawanya patogen kedaerah lain yang dapat merusak tanman yang ada.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam metode uji kesehatan benih
2. Mengetahui cara pengujian benih melalui pemeriksaan biji kering



BAB 2. TINJAUN PUSTAKA

Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia. Konsumsi beras Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia sehingga mengakibatkan tingginya permintaan beras dalam negeri dan terkadang tidak seimbang dengan pasokan yang tersedia. Beras dijadikan makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai sumber energi bagi manusia (Masniawati et al, 2013).  Kandungan dari beras dapat diperoleh jika kualitas beras yang dikonsumsi juga baik karena kualitas beras sangat dipengaruhi oleh kualitas benih yang pada gilirannya akan tumbuh menjadi padi.
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4 dalam Kuswanto (1997), benih didefinisikan tanman atau bagianya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanman. dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa benih dapat diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif.
Peningkatan produksi padi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan benih bermutu, kondisi lingkungan tumbuh (tanah, iklim) dan organisme penggangu tanaman serta teknik pengelolaan tanaman (Nugrohotomo et al, 2009). Menurut Redaksi Rineka Cipta ( 1992 )Benih yang bermutu ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul.  Benih yang berkualiatas tinggi memiliki daya tumbuh lebih dari sembilan puluh persen). Benih yang bermutu adalah benih yang bebas dari jasad renik yang bersifat patogen.
Menurut kuswanto (1997 a) patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan benih menjadi : 1) berubah secara fisik dan kimiawi, 2) berkecambah secara abnormal, 3) tidak dapat berkecambah, 4) kecambahnya tidak mampu muncul kepermukaan lahan, 5) hasil pengujian viabilitas kecambahnya jadi terpengaruh. Benih yang bermutu dan terhindar dari jasad renik yang bersifat patogenik dapat diperoleh melalui uji kesehatan benih. Tujuan uji kesehatan  benih adalah untuk mengetahui kesehatan dai kelompok benih.
Menurut ISTA (1976) Untuk mendeteksi jamur yang bersifat patogen yang terbawa benih bisa menggunakan metode bloter yang digunakan secara inter nasional. Selain itu, Terdapat berberapa metode dasar pada pengujian kesehatan benih seperti dikatakan kuswanto (1997 b) terdapat tiga metode dasar pengjian benih yaitu : 1) Pengujian benih kering,  2) Pengujian dengan cucian basah, 3) Pengujian dengan inkubasi. Setelah benih di ujikesehatanya benih akan dianalisis dan di beri sertifikasi.
Analisis benih adalah pengujian contoh benih yang dikirim oleh penangkar benih (submitted sample) ke lembaga sertifikasi benih untuk menentukan mutu benih sebelum benih tersebut dipakai untuk usaha tani serta untuk mendapatkan sertifikat sebelum benih tersebut dipasarkan. Dasar hukumnya adalah SK Menteri Pertanian Nomor 460/Kpts/Org/XI/1971 pasal 9 ayat 1. Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih dari Dinas Pengamanan dan Sertifikasi Benih. Pengujian yang dilakukan tersebut adalah pengujian rutin dan pengujian khusus. Pengujian ini dilakukan dalam rangka pengisian sertifikat yang disertakan dalam setiap kemasan benih, dalam rangka pengawasan pengadaan benih dan pemasarannya serta untuk melindungi petani pengguna benih (Kuswanto, 1997c).
Sertifikasi benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan dimana hasilnya memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan/dipasarkan untuk usaha tani. Dengan demikian penangkar benih yang ingin memproduksi suatu varietas dengan kelas benih tertentu harus mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar benih yang diproduksi dapat memperoleh sertifikat sebelum dipasarkan. Di pihak lain lembaga pemberi sertifikat, yang dalam hal ini BPSB, harus mempunyai tolok ukur dan metode pengawasan-pengujian standar untuk setiap benih tanaman. Hasil pengujian dicocokkan dengan batas maksimal dan minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk setiap varietas dan kelas benih tertentu. Di Indonesia, program sertifikasi benih dilakukan oleh lembaga pemerintah, sedangkan di luar negeri program ini selain dilakukan oleh lembaga pemerintah, juga dilakukan oleh badan swasta (Kuswanto, 1997 d).
Benih yang disertifikasi akan diklasifikasi untuk mendapatkan kelas-kelas benih berdasrkan mutunya. Menurut Pitojo (2003), klasifikasi benih berlaku untuk benih yang berasal dari perbanyakan generatif maupun vegetatif, namun tidak berlaku bagi biji benih hibrida. Perbanyakan benih hibridahanya menghasilkan benih generasi pertama atau yang dikenal dengan istilah F1. Benih tersebut tidak dianjurkan untuk ditangkarkan kejenjang karena akan mengalami segregasi maupun penurunan sifat unggul dan tidak sama dengan induknya. Secara umum klasifikasi benih adalah sebagai berikut :
1.    Benih Penjenis (BS), yaitu benih yang dihasilkan oleh pemulia tanaman. Perbanyakan banih tersebut diselenggarakan atas bimbingan dan pengawasan pemulian tanaman.
2.    Benih Dasar (BD), berupa benih keturunan benih penjenis. Perbanyakan benih dasar dilakukan oleh institusi dan lembaga pemerintah dan atau swasta yang memenuhi persyaratan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau Lembaga yang berwenang.
3.    Benih Pokok (BP), berupa benih keturunan benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan benih pokok dilakukan oleh lembaga pemerintah da atau swasta dibawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau Lembaga yang berwenang.
Benih yang sudah di sertifikasi akan disimpan. Penyimpanan benih bertujuan untuk menyediakan benih dengan kualitas yang tetap baik untuk musim tanam yang akan datang. Penyimpanan juga dilakukan apabila benih yang diproduksi tidak dapat dipakai untuk usahatani dan sering kali benih yang diproduksi tidak semuanya laku terjual, kerena produksi lebih banyak dibandingankan dengan kebutuhan benih, misalnya dikarenakan oleh adanya perubahan cuaca atau kebijakan (Kuswanto, 2003).


Kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi benih dalam penyimpanan. Kadar air benih yang tinggi selama penyimpanan dapat menimbulkan beberapa akibat antara lain: meningkatkan laju respirasi benih dan akan meningkatkan suhu (Kuswanto, 2003 dalam Purba et al, 2013).
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi  perbenihan telah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Benih tidak lagi diperlakukan secara tradisional, namun telah berkembang menjadi industri yang dapat memberikan keuntungan dan lapangan pekerjaan yang cukup besar. Kesadaran akan pentingnya penggunaan benih yang bermutu (berlabel), mendorong tumbuh berkembangnya usaha perbenihan baik yang berskala besar maupun kecil (Auliaturridha, et al. 2012). Namun demikian, masih terdapat petani yang kekuranga modal yang menggunkan benih yang tidak bersertifikat.
Menurut Laila Nor (2012) Benih padi tidak bersertifikat adalah benih unggul tidak berlabel yang berasal dari hasil panenan petani sendiri atau diperoleh dari petani lainnya atau benih antar petani, adapun kelemahan dari benih padi tidak bersertifikat ini di antaranya adalah tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tidak respon terhadap pemupukan dan pertumbuhannya tidak seragam serta bila ditanam secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka akan dapat menurunkan kualitas benih padi itu sendiri, maka tanaman akan mengalami kemunduran sehingga hasil dan mutunya semakin menurun.






BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Panen Dan Pasca Panen Padi dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 07.00-10/30, praktikum dilaksanakan di kebun percobaan Jubung.

3.2 Alat dan Bahan
Alat     : Alat tulis, kalkulator
Bahan  : Benih padi

3.3 Cara Kerja
1. Mengambil biji pada sampling sebanyak 50-100 gr/ kelompok
2. Melakukan pemeriksaan biji secara kering yang dilakukan dengan menggunkan parameter  : 1) bernas tidak bernas biji padi, 2) Warna biji, 3) biji bercak, 4) ada tidaknya kotoran, 5) jamur dipermukaan biji, 6) skelrotia
3. menghitung jumlah dan persentase dari masing-masing parameter
4. mendokumentasikanya



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
PEKERJAAN PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Paremeter
Uraian
Persentase
Dokumentasi
Bernas
Tidaknya Biji
Padi
Dari seribu gabah terdapat 496 gabah dalam kondisi baik dan 126 gabah dalam kondisi kosong
Baik = 49,6 %
Kosong = 12,6 %

Warna Biji


Dari seribu gabah terdapat 131 gabah bewarna hijau, karena sebagaian tanaman padi belum masak matang
13,1 %

Biji Bercak


dari seribu gabah terdapat 73 gabah yang memiliki bercak-bercak hitam dan coklat pada permukaan gabah
9,4 %

Ada Tidaknya
Kotoran

Dari seribu gabah terdapat 94 kotoran yang terdiri dari kerikil-kerikil kecil, malai padi yang terbawa dalam tumpukan gabah
9,4 %

Jamur
Dipermukaan
Biji

Dari seribu gabah terdapat 54 gabah yangpada permukaanya terdapat jamur. Hal ini ditandai dengan permukaan kulit gabah terdapat kontaminasi bewarna keputihan

5,4 %

Sklerotia


Dari seribu gabah terdapat 26 gabah yang ada Sklerotianya. Hal ini dapat dilihat dari warna kulit gabah yang bewarna hitam
2,6%


4.2 Pembahasan
Benih padi yang diperoleh dari kebun percobaan jubung di dilakukan penggujian dan pengamatan tentang kesehatan benih tersebut. Secara umum terdapat tiga macam uji kesehatan benih
1.    Pengamatn biji kering
Dengan menggunkan metode ini sejumlah biji diperiksa dan diamati apakah tercampur dengan kotoran seperti sisa tanman, sklerotia, galls, insekta, dansebagainya. Pengamatan dengan menggukan metode ini juga memeriksa adanya penyakit yang menempel atau tumbuh dipermukaan biji seperti jamur, misilia, spora dan sebagainya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau bisa juga dilakukan dengan menggunkan mata secara langsung
2.    Pencucian biji
Metode ini dilakukan edngan cara memasukkan sempel benih kedalam air kemudian digoyang-goyangkan. Air cucian tersebut dapat langsung diamati dengan mikroskop. Cara ini dapat digunakan untuk mendeteksi jamur yang melekat atau tumbuh pada permukaan biji. Melalui metode ini kontaminasi yang berada dipermukaan biji atau spora yang dihasilkan oleh jamur yang telah menginfeksi biji.
3.    Cara inkubasi
Metode ini dilakuakn dengan cara mengkondisikan benih dengan keadaantertuntu sehingga memungkinkan atogen berkembang atau tampak gejala serangannya. Metode inkubasi menggunkan empat cara pengujian untuk menguji kesehatan benih. Cara tersebut antara lain : 1) Pengujian dengan metode kertas, tujuan pengujian dengan metode ini adalah untuk melihat pertumbuhan benih dan pertumbuhan inokolum. Faktor yang perlu adalah suhu dan kelembapan dalam tempat pengujian. 2) Pengujian dengan metode agar, dengan metode pengujian ini objek yang diamati adalah pertumbuhan koloni inokolum dimedia agar tersebut. Pengamatan dapat dilakukan secara makroskopis bagi yang sudah berpengalaman melihat sidat dan bentuk pertumbuhan sertawarna koloni yang terbentuk. 3) Pengujian dengan metode batu bata, tanah, pasir dsb, metode pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya. 4) Pengujian dengan metode growing on test, metode ini sering dilakukan untuk menguji benih import yang disanksikan kesehatanya.
Metode yang digunakan dalam pengamatan dari benih yang berasal dari kebun percobaan jubungb adalah metode pengamatan biji kering. Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
1.    Dari seribu gabah yang diamati terdapat 496 gabah dalam kondisi baik dan 126 gabah dalam kondisi kosong. Dalam hitungan persentase 49,6 % adalah gabah dalam kondisi baik dan 12,6 % dalam kondisi kosong
2.    Terdapat 131 atau 13,1% gabah bewarna hijau karena sebagian tanman padi belum masak matang
3.    73 gabah (7,3%) gabah dalam kondisi bercak-bercak
4.    Dari seribu gabah terdapat 94 kotoran atau 9,4 % kotoran yang terdiri dari kerikil-kerikil kecil, malai padi yang terbawa dalam tumpukan gabah
5.    Dari seribu gabah terdapat 54 gabah (5,4%) gabah yangpada permukaanya terdapat jamur. Hal ini ditandai dengan permukaan kulit gabah terdapat kontaminasi bewarna keputihan
6.    Dari seribu gabah terdapat 26 gabah yang ada sklerotia atau setara 2,6 %
Dari hasil pengamatan tersebut benih yang diamati belum bisa dikatan baik, karena benih yang dalam kondisi baik hanya 49,6 %. Uji kesehatan benih ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah benih bermutu atau tidak, seperti yang dikatakan kuswanto (1997 b) terdapat 10 tujuan dari uji kesehatan benih, yaitu :
1.        Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat patogen
2.        Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat nematoda
3.        Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis
4.        Untuk membandingkan antara seed lot
5.        Untuk menentukan jenis inokolum yang menginfeksi benih
6.        Untuk mengevaluasi kesehatan  benih sebelum disebarkan keberbagai tempat sebelum usaha tani
7.        Untuk mengevaluasi efek dari pestisida yang dipakai untuk perawatan benih
8.        Untuk mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh benih dilapangan
9.        Untuk survai penyakit benih tingkat regional atau nasional guna mendeteksi penyebaranya
10.    Untuk tujuan karantina dalam rangka mencegah masuknya penyakit benih dan sekaligus mencegah terjadinya penyebaran penyakit benih tersebut.
Berdasarkan tujuan uji kesehatan benih tersebut, benih yang bermutu adalah benih yang terhindar dari berbagai macam organisme berupa jasad renik yang bersifat patogenik maupun non organisme yang berupa sampah-sampah. Biji padi yang terinfeksi mikroorganisme dapat menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini biasanya disebabkan oleh badanbuah dari jamur. Golangan jamur misalnya : Helminthosporium oryzae, Piricularia oryzae, adalah merupakan patogen yang dapat menyebabkan perubahan warna, nekrosis, busuk buah. Semua golongan patogen seperti halnya jamur, bakteri, virus, insekta, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benih dapat terinfeksi, terkontaminasi atau terbawa bersama benih dalam bentuk sklerotia.



.



BAB 5. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
·      Pengujian benih dilakukan dengan tiga cara yaitu metode pemeriksaan biji kering, pencucian biji, cara inkubasi.
·      Terdapat sepuluh tujuan pengujuan benih
·      Benih yang bermutu adalah benih yang terhindar dari berbagai macam organisme berupa jasad renik yang bersifat patogenik maupun non organisme yang berupa sampah-sampah.

5.2    Saran
Pelaksanaan praktikum Uji kesehatan Benih belum begitu jelas, seharusnya terdapat penjelasan dari pihak yang bersangkutan tentang bagaimana dan apa yang akan dilakukan selama pelaksanaan praktkum serta memberikan contoh-contoh dan bisa dilakukan bersamaan dilokasi pengambilan benih




DAFTAR PUSTAKA

Auliaturridha, Winda S. 2012. Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan. 02 ( 01): 12.

Ahmed, Mansur et al. 2013.  Seed Health and Quality Test of Three Rice Varieties for the Detection of Fungi Associated with Seed Sample.  Universal Journal of Plant Science 1(2): 37-42

Kuswanto, Hendarto. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi & Sertifikasi Benih. Andi : Yogyakarta

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Andi : Yogyakarta

Kuswanto, Hendarto. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius

Laila, Nor. 2012.  ANALISIS Pendapatan Usahatani Padi (Oryza Sativa L.) Benih Varietas Ciherang Yang Bersertifikat Dan Tidak Bersertifikat Di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Media SainS4 (1)

Masniawati. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. MANASIR. 1 (1) : 51-59

Nugrohotomo et al.2009. Upaya Peningkatan Hasil Benih Padi(Oryza Sativa. L) Pada Berbagai Tail F Genangan Air Dan Takaran Vermikompos Di Laiian Sawahirigasi Entisol. Jumal llmu-ilmu Pertanian. 1 (2) :135

Pitojo, Setijo. 2003. Benih Bawang Merah. Penerbit Kasinius : Jakarta

Purba, Herri W S et al. 2013. Viabilitas Benih Rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) Pada Berbagai Kadar Air Awal Dan Kemasan BenihJurnal Online Agroekoteknologi. 1 (2)

Redaksi Rineka Cipta. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih Dan Tutunan Praktikum. Rineka Cipta : Jakarta


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar