BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang paling
banyak diusahakan sebagai sumber pangan utama di Indonesia. Produksi
padi selama tiga tahun terakhir menunjukkan grafik yang meningkat. Pada tahun
2008 produksi padi Indonesia berkisar 38.074 juta ton, dan sebesar 4.083.356
ton dengan luas panen 836.298 ha dengan rata-rata produksi 4 ton ha-1.
Pada tahun 2009 produksi padi meningkat sebesar 4.324.178 ton dengan luas panen 836.017 ha. Namun demikian peningkatan produksi padi tersebut tidak dapat mengimbangi peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah dengan cepat, karena dengan perhitungan pertambahan jumlah penduduk dari 188,91 juta orang pada 2008 meningkat menjadi 204,24 juta orang pada tahun 2009 dengan rata-rata 1,57% per tahun (Syaiful et al, 2012).
Pada tahun 2009 produksi padi meningkat sebesar 4.324.178 ton dengan luas panen 836.017 ha. Namun demikian peningkatan produksi padi tersebut tidak dapat mengimbangi peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah dengan cepat, karena dengan perhitungan pertambahan jumlah penduduk dari 188,91 juta orang pada 2008 meningkat menjadi 204,24 juta orang pada tahun 2009 dengan rata-rata 1,57% per tahun (Syaiful et al, 2012).
Upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dalam rangka mendukung ketahanan pangan.
Perbaikan tekhnologi budidaya telah terbukti mampu meningkatkan produksi padi
secara nyata. Peningkatan produktivitas padi ini juga harus dibarengi dengan
peningkatan mutu beras dari yang dihasilkan, yaitu beras yang mampu memenuhi
tuntutan dan sesuai dengan preferensi konsumen. Peningkatan
produktivitas memerlukan dukungan inovasi teknologi seperti peningkatan indek
panen, varietas unggul, penggunaan benih bermutu dan berlabel, pengendalian
OPT, pengelolaan hara, pengaturan populasi tanam, melalui perbaikan sistem
tanam dan lainnya. Perbaikan sistem tanam melalui penerapan sistem tanam jajar
legowo merupakan salah satu inovasi teknologi yang telah diperkenalkan dalam
usaha untuk meningkatkan produktivitas padi. Pada prinsipnya sistem tanam jajar
legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam.
Selain itu, sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga
seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak.
Tanaman padi yang berada dipinggir umumnya akan menghasilkan produksi lebih
tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik.
Namun, dalam
prakteknya petani masih belum banyak yang memanfaatkan sistem tanam jajar
legowo ini, masyarakat lebih memilih menggunakan sistem tanam konvensional yang
sesuai dengan daerah masing-masing. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman masyarakat akan pentingya peningkatan produktivitas sehingga petani
lebih memilih menggunakan sistem tanam konvensional karena biaya yang
dikeluarkan untuk perawatan dan pelaksanaan penanam lebih murah walaupun hasil
produksinya sedikit.
Sistem tanam
jajar legowo merupakan sistem tanam padi yang relatif baru sehingga penerapan
disuatu wilayah memerlukann kajian yang lebih dalam dan sosialisai terhadap
petani serta praktek yang nyata, petani bisa akan segera menerapkan metode baru
bila telah menyaksikan keberhasilan petode tersebut. Oleh karena itu untuk
memberikan praktek kepada petani dibutuhkan tekhnik penanamam yang baik.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tap-tiap tahapan penanam
diantaranya : seleksi bibit, menyemai bibit, mengolah lahan, menanam. Tekhnik
penanam yang baik akan menekan laju gulma dan penyakit sehingga mampu membrikan
produksi padi yang baik.
1.2 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui cara menanam padi yang baik dan benar.
2.
Untuk
mengetahui jarak tanam yang dapat diterapkan dalam menanam padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar