MAKALAH AGAMA HINDU
PITRA YADNYA
Disusun
Oleh :
1.
Angga
Bayu Saputra (131510501153)
2.
Tri
Pamono (130210402022)
3.
Agung
Nungroho R (E32130689)
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yadnya
menurut ajaran agama Hindu, merupakan satu bentuk kewajiban yang harus
dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Tuhan
menciptakan manusia beserta makhluk hidup lainnya berdasarkan atas yadnya, maka
hendaklah manusia memelihara dan mengembangkan dirinya, juga atas dasar yadnya
sebagai jalan untuk memperbaiki dan mengabdikan diri kepada Sang Pencipta yakni
Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
Melalui
berbagai bentuk yadnya umat Hindu membina pertumbuhan jiwa yang selaras dengan
ajaran agama serta menyampaikan rasa angayu bagianya atas anugerah Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan alam semesta beserta dengan segala
isinya, menjadi tumpuan hidup di dunia ini.
Dasar
pelaksanaan upacara Yadnya adalah Tri Rna. Weda mengajarkan Tuhan
menciptakan alam semesta ini berdasarkan Yadnya. Karena itu menurut ajaran Rna
alam ini berhutang kepada Tuhan. Untuk melepaskan diri dari keterikatan akan
hutang itu, umat Hindu melakukan yadnya salah satunya berupa upacara dengan
memakai sarana upakara/banten.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pitra yadnya beserta tujuannya ?
2.
Bagaimana contoh pelaksanaan pitra yadnya ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk
mengetahui pengertian pitra yadnya beserta tujuan pelaksanaanya
2. Untuk
mengetahui contoh pelaksanaan pitra yadnya
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Yadnya yaitu korban yang didasarkan atas
pengabdian dan cinta kasih. Pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu adalah satu
contoh perbuatan Hyang Widhi yang telah menciptalan alam semesta dengan segala
isinya dengan yadnya-Nya. Yadnya adalah cara yang dilakukan untuk menghubungkan
diri antara manusia dengan Hyang Widhi beserta semua manifestasinya untuk
memperoleh kesucian jiwa dan persatuan Atman dengan Paramatman. Yadnya juga
merupakan kebaktian, penghormatan dan pengabdian atas dasar kesadaran dan cinta
kasih yang keluar dari hati sanubari yang suci dan tulus iklas sebagai
pengabdian yang sejati kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) ( PHDI, 2010).
Dalam
kib Bhagavaggita dijelaskan tentang yadnya yaitu :
Sahayajñáh prajah
strishtva
puro vácha prajápatih
anena prasavishya dhvam
esha va stv ishta kámadhuk (Bh. G. III.10)
puro vácha prajápatih
anena prasavishya dhvam
esha va stv ishta kámadhuk (Bh. G. III.10)
Dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan keinginanmu".
Deván bhávayatá nena
te devá bhávayantuvah
parasparambhávayantah
sreyah param
avápsyatha. (Bh. G. III.11)
Dengan ini (yadnya), kami berbakti kepada Hyang Widhi dan dengan ini pula Hyang Widhi memelihara dan mengasihi kamu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.
Dalam
Lontar Agastya Parwa yadnya ini dibagi menjadi lima sebagai berikut:
a. Dewa Yajña, yaitu mempersembahkan
minyak, biji-bijian kepada Dewa Siwa, Agni di tempat pemujaan dewa.
b. Rsi Yajña, yaitu menghormati pendeta
dan membaca-baca kitab suci.
c. Pitra Yajña, yaitu upacara kematian
agar roh mencapai alam Siwa.
d. Butha Yajña, yaitu mensejahterakan
tumbuh-tumbuhan dan menyelenggarakan upacara tawur dan Panca Wali Krama.
e. Manusa Yajña, yaitu memberi makanan
kepada masyarakat.
Pitra
Yadnya, ialah suatu korban suci/ persembahan suci yang ditujukan kepada Roh-
roh suci dan Leluhur (pitra) dengan menghormati dan mengenang jasanya dengan
menyelenggarakan upacara Jenasah (Sawa Wedana) sejak tahap permulaan sampai
tahap terakhir yang disebut Atma Wedana ( Anonimaous, 2012).
Adapun
tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya ini adalah demi pengabdian dan bakti yang
tulus ikhlas, mengangkat serta menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam
surga. Memperhatikan kepentingan orang tua dengan jalan mewujudkan rasa bakti,
memberikan sesuatu yang baik dan layak, menghormati serta merawat hidup di
harituanya juga termasuk pelaksanaan Yadnya. Hal tersebut dilaksanakan atas
kesadaran bahwa sebagai keturunannya ia telah berhutang kepada orangtuanya
(leluhur) seperti:
- Kita berhutang badan yang disebut dengan istilah
Sarirakrit.
- Kita berhutang budi yang disebut dengan istilah
Anadatha.
- Kita berhutang jiwa yang disebut dengan istilah
Pranadatha.
BAB III.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pitra
Yadnya
Pitra yadnya
adalah upacara penghormatan dan kewajiban suci kepada para leluhur termasuk
kepada orang tua kita yang
telah meninggal dunia. Upacara Pitra Yadnya bertujuan untuk meningkatkan
kedudukan Pitara atau roh-roh leluhur yang telah meninggal sesuai dengan
tingkatan yadnya yang di selenggarakan. Jadi menurut agama Hindu, bahwa orang
yang masih hidup dapat juga turut berusaha mengangkat kedudukan Pitara, dari
tingkat rendah menuju tingkat yang lebih tinggi
2.2
Pelaksanaan
Upacara Pitra Yadnya
Ada
beberapa upacara yang termasuk pelaksanaan Upacara Pitra Yadnya, yaitu Upacara
Penguburan Mayat, Upacara Ngaben.
1. Upacara
Penguburan mayat
Upacara ini
meliputi proses penguburan dari sejak upacara memandikan mayat, memendem (
menanam ) sampai pada upacara setelah mayat di tanam atau di pendem.
2. Upacara
Ngaben
Upacara ini
adalah penyelesaian terhadap jasmani orang yang telah meninggal. Upacara ngaben
disebut pula upacara pelebon atau Atiwa-tiwa dan hanya dapat dilakukan satu
kali saja terhadap seseorang yang meninggal. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan unsur-unsur jasmani kepada asalnya yaitu Panca Maha Bhuta yang
ada di Bhuana Agung. Jenis-jenis Upacara Ngaben adalah :
1.
Sawa Wedana, adalah pembakaran yang secara langsung di
mana mayat orang meninggal langsung di bawa kekuburan ( setra ) untuk di bakar.
2.
Asti Wedana, adalah suatu upacara yang di lakukan
setelah selesai upacara pembakaran mayat, kemudian tulang-tulang yang telah
menjadi abu di hanyut ke laut atau ke sebuah sungai yang bermuara ke laut.
3.
Swasta Wedana, adalah suatu upacara pembakaran atas
mayat yang tidak lagi dapat di ketemukan, sehingga mayat tersebut dapat di
wujudkan dengan kuasa (lalangan ), air dan lain-lainnya.
4.
Ngelungah, adalah upacara pembakaran mayat yang masih
kanak-kanak atau yang belum tanggal gigi.
5.
Atma Wedana, adalah upacara pengembalian atma dari
alam Pitara ke alam Hyang Widhi. Upacara ini di sebut juga dengan “ Upacara
Nyekah “, yang bertujuan untuk meningkatkan kesucian dan kesempurnaan atma
orang yang meninggal agar dapat kembali ke asalnya.
Secara
umum makna ritual Ngaben atau kremasi adalah menghantarkan Sang Diri ke tempat
terbaik yang telah digariskan dan ditentukan sesuai hukum karmanya. Adapun rangkaian
ritual tersebut adalah sebagai berikut
1. Meminta Hari Baik ke Pendeta sebagai persiapan bagi keluarga
yang akan melaksanakan ritual tersebut
2. Memulai prosesi upacara :
- Nanceb/Ngruak Karang
Ritual ini merupakan tanda awal dimulainya rangkaian upakara Ngaben. Yang dimulai dengan peresmian secara Niskala ( ngambe ) terhadap tempat untuk melaksanakan kegiatan yang dalam bahasa bali disebut PETAK.
Ritual ini merupakan tanda awal dimulainya rangkaian upakara Ngaben. Yang dimulai dengan peresmian secara Niskala ( ngambe ) terhadap tempat untuk melaksanakan kegiatan yang dalam bahasa bali disebut PETAK.
- Ngaturang
Pengucak ke Gria
Sebagai penegasan kembali terhadap Pendeta yang akan menyelesaikan Ritual Ngaben.
Sebagai penegasan kembali terhadap Pendeta yang akan menyelesaikan Ritual Ngaben.
- Maolahan
Dimulai dengan pemotongan babi yang akan digunakan untuk bahan sesaji yang diawali dengan menghaturkan sesaji ke Kuburan sebagai permakluman bahwasanya kegiatan pemotongan akan dimulai.
Dimulai dengan pemotongan babi yang akan digunakan untuk bahan sesaji yang diawali dengan menghaturkan sesaji ke Kuburan sebagai permakluman bahwasanya kegiatan pemotongan akan dimulai.
- Ngendagin
Ritual Ngendagin ini merupakan ritual permohonan ke hadapan Dewa Siwa selaku penguasa Pura Dalem dalam kepercayaan Hindu untuk memohon Roh yang akan diupacarai yang selanjutnya Sang Roh dipersonifikasikan dengan sesaji yang disebut “ Sanggah Urip “. Kegiatan memohon serta menjemput Sang Roh ini di laksanakan di Pura Dalem dan kuburan. Yang selanjutnya Sang Roh yang sudah dipersonifikasikan dengan Sanggah Urip di iringi oleh keluarga dan keturunan di bawa ke tempat upacara ( PETAK ).
Ritual Ngendagin ini merupakan ritual permohonan ke hadapan Dewa Siwa selaku penguasa Pura Dalem dalam kepercayaan Hindu untuk memohon Roh yang akan diupacarai yang selanjutnya Sang Roh dipersonifikasikan dengan sesaji yang disebut “ Sanggah Urip “. Kegiatan memohon serta menjemput Sang Roh ini di laksanakan di Pura Dalem dan kuburan. Yang selanjutnya Sang Roh yang sudah dipersonifikasikan dengan Sanggah Urip di iringi oleh keluarga dan keturunan di bawa ke tempat upacara ( PETAK ).
- Ngagah
Kegiatan ngagah (menggali ) dimulai pada pagi hari dengan menggali kuburan untuk kemudian mengangkat tulang mayat yang akan di upacarai yang selanjutnya tulang – tulang tersebut dibersihkan ditaruh diatas kain kafan putih dan ditempatkan pada Sanggah Tawulan (tempat tulang di kuburan).
Kegiatan ngagah (menggali ) dimulai pada pagi hari dengan menggali kuburan untuk kemudian mengangkat tulang mayat yang akan di upacarai yang selanjutnya tulang – tulang tersebut dibersihkan ditaruh diatas kain kafan putih dan ditempatkan pada Sanggah Tawulan (tempat tulang di kuburan).
- Ngaskara
Ritual ini dimulai dengan kegiatan Ngening yaitu ritual membersihkan Roh yang sudah dipersonifikasikan dalam wujud sesaji ke sumber mata air yang disucikan.
Selanjutnya diikuti dengan kegiatan Ngaskara itu sendiri yang berupa pemberian sesaji terhadap Sang Roh dan diikuti dengan Pemberkahan terhadap cucu – cucu nya yang masih hidup.
Ritual ini dimulai dengan kegiatan Ngening yaitu ritual membersihkan Roh yang sudah dipersonifikasikan dalam wujud sesaji ke sumber mata air yang disucikan.
Selanjutnya diikuti dengan kegiatan Ngaskara itu sendiri yang berupa pemberian sesaji terhadap Sang Roh dan diikuti dengan Pemberkahan terhadap cucu – cucu nya yang masih hidup.
-
Pengutangan
Merupakan puncak dari upacara ngaben. Kegiatan ini dimulai dengan peresmian secara Niskala terhadap Bade (kendaraan bagi Sang Roh). Tirta Toya Pangentas yang merupakan Surat Ijin Jalan bagi Sang Roh selanjutnya di percikan, yang diikuti dengan penempatan Sang Roh menuju Bade.
Kegiatan yang paling dinanti yaitu perjalanan Bade menuju kuburan adalah setelahnya dan diikuti dengan pembakaran terhadap Bade dan Lembu yang sebelumnya telah diisi tulang mayat.
Merupakan puncak dari upacara ngaben. Kegiatan ini dimulai dengan peresmian secara Niskala terhadap Bade (kendaraan bagi Sang Roh). Tirta Toya Pangentas yang merupakan Surat Ijin Jalan bagi Sang Roh selanjutnya di percikan, yang diikuti dengan penempatan Sang Roh menuju Bade.
Kegiatan yang paling dinanti yaitu perjalanan Bade menuju kuburan adalah setelahnya dan diikuti dengan pembakaran terhadap Bade dan Lembu yang sebelumnya telah diisi tulang mayat.
- Pengiriman
Kegiatan pertama dalam ritual ini adalah memungut sisa tulang yang sudah dibakar bersama Bade dan Lembu. Selanjutnya sisa tulang tersebut dirangkaikan dengan sesaji tertentu dan diupacarai untuk Sang Roh dengan rangkaian sesaji tersebut yang selanjutnya disebut “ Puspa “. Kemudian Puspa ini dihanyutkan di laut sebagai symbol penghantaran Sang Roh menuju tempat yang terbaik sesuai hukum karmanya.
Kegiatan pertama dalam ritual ini adalah memungut sisa tulang yang sudah dibakar bersama Bade dan Lembu. Selanjutnya sisa tulang tersebut dirangkaikan dengan sesaji tertentu dan diupacarai untuk Sang Roh dengan rangkaian sesaji tersebut yang selanjutnya disebut “ Puspa “. Kemudian Puspa ini dihanyutkan di laut sebagai symbol penghantaran Sang Roh menuju tempat yang terbaik sesuai hukum karmanya.
- Mapegat
Salam perpisahan untuk dapat melanjutkan perjalanan panjang di alam yang berbeda adalah makna dari ritual ini, serta merupakan ritual terakhir dalam rangkaian upacara ngaben.
Salam perpisahan untuk dapat melanjutkan perjalanan panjang di alam yang berbeda adalah makna dari ritual ini, serta merupakan ritual terakhir dalam rangkaian upacara ngaben.
BAB
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Yadnya yaitu korban yang didasarkan atas pengabdian dan cinta kasih.
Pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu adalah satu contoh perbuatan Hyang Widhi
yang telah menciptalan alam semesta dengan segala isinya dengan yadnya-Nya.
2.
Pitra yadnya
adalah upacara penghormatan dan kewajiban suci kepada para leluhur termasuk
kepada orang tua kita yang
telah meninggal dunia. tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya ini adalah demi
pengabdian dan bakti yang tulus ikhlas, mengangkat serta menyempurnakan
kedudukan arwah leluhur di alam surga.
3. terdapat
dua upacara yang termasuk dalam uapacara pitra yadnya yaitu Upacara penguburan
mayat dan upacara ngaben. Rangkaian upacara ngaben adalah Nanceb/Ngruak Karang,
Ngaturang Pengucak ke Gria, Maolahan, Ngendagin, Ngagah, Ngaskara, Pengutangan,
Pengiriman, Mapegat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimou, 2012. Yadnya Dalam Hindu[Panca Yadnya]. [Serial
Online] http://paduarsana.com/2012/06/07/yadnya-dalam-hindu-panca-yadnya/ [ 30 November
2013 ]
Dharma,
Wayan. 2013. Panca Yadnya. [ Serial
Online ] http://dharmathebackbone.blogspot.com/2013/01/panca-yadnya.html
[29 November 2013]
PHDI,
2010. Pengantar : Upacara Yadnya [
Serial Online ] http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=474&Itemid=96
[ 30 November 2013 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar