REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KARET

Oleh:
Angga Bayu Saputra
131510501153


Bab 1. Pendahuluan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman muntuk encukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Penambahan unsur hara pada kompleks media tanam baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat meyumbang bahan makanan yang dibutuhkan oleh tanaman disebut sebagai pemupukan.  Menurut Silea dan Lita (2006), pemupukan adalah pemberian bahan-bahan pada tanah agar dapat menambah unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah secara langsung atau tidak langsung. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman.

Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. akan tetapi, menurut Syafruddin (2008) pemupukan yang tidak mencukupi atau berlebihan akan berdampak pada hasil panen, efesiensi usaha tani dan lingkungan sehingga dalam aplikasinya pemupukan harus memperhatikan kebutuhan hara tanaman agar tanaman tidak memdapatkan suplai hara secara kurang atau secara berlebihan. Anjuran pemupukan yang tepat terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi), sehingga dampak yang diakibatkan oleh kekurangn atupun kelebihan pupuk dapat diminimalisir.
Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, sehingga pengetahuan akan ketersedian unsur hara yang ada didalam tanah sangat diperlukan. Pemakaian pupuk secara berimbang sampai saat ini masih merupakan pilihan  yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya untuk meningkatkan pendapatan namun demikian masih banyak masalah tentang pemupukan terutama dosis pemupukan. Dengan demikian diperlukan rekomendasi pemerian dosis yang tepat terhadap pemupukan tanaman tertentu seperti halnya rekomendasi pemupukan pada tanamn karet.

Bab 2. Pembahasan
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting sebagai sumber penghasil devisa negara. Tanaman karet berasal dari bahasa latin bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman berupa pohon besar yang banyak terdapat di
negara – negara tropis yang subur. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Novia,dkk. 2010).
Karet telah dikembangkan di Indonesia sejak lebih dari seabad lalu, yang sebagian besar (85%) merupakan perkebunan karet rakyat dengan produktivitas yang masih rendah yaitu kurang dari 800 kg/ha/tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005). Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan karena system pengelolaan masih bersifat ekstensif, terutama penggunaan bahan tanam local (unselected  seedling ) dan rendahnya tingkat pemeliharaan, seperti penyiangan dan pemupukan yang minimum dilakukan.
Pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Kenaikan produksi karet bervariasi dari 10 hingga 33% akibat pemberian pupuk. Walaupun pemupukan tersebut penting, tetapi pemupukan tidak dianjurkan untuk tanaman karet yang berumur tua (> 25 tahun), atau lahan yang bergulma karena tidak efektif. Sebaliknya pada tanaman karet yang dipacu pengeluaran getahnya menggunakan hormon (Ethrel 10 PA, Raptor 100 PA, Better 10 PA, dll) maka dianjurkan memberikan pemupukan ekstra disamping pemupukan yang umum dilakukan, karena penggunaan hormon tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan hara dari tanah oleh perakaran tanaman karet.
Petani yang ingin melakukan pemupukan karetnya dianjurkan menghitung keuntungan dan kerugiannya, sebab akan sia-sia apabila biaya pembeliaan pupuk tidak dapat diimbangi dengan penerimaan dari penjualan produksi karet meskipun ada peningkatan produksi getah karet. Maka setiap petani sebaiknya memiliki catatan kecil tentang biaya dan pendapatan akibat pemberian pupuk pada tanamannya. Jika dengan pemupukan ternyata lebihmenguntungkan, karena produksi meningkat dan harga karet cukup baik,maka tidak salah jika pemberian pupuk tetap dilakukan.Petani juga harus hati-hati membeli pupuk, hendaknya yang dibeli adalah pupuk dari pabrik pemerintah bukan pupuk alternatif. Hal ini menghindari pupuk palsu atau pupuk yang tidak efektif.
Kadar atau kandungan hara juga harus dimengerti, contoh dulu dikenal TSP yang memiliki kadar P2O5 46 %, sekarang diganti SP-36 yang kadar P2O5 hanya 36%, malah ada lagi pupuk Superphos atau SP-18 yang juga bentuk dan warnanya mirip namun kadar hara P2O5 hanya sekitar 18%. Ini jelas merugikan petani, sebab dipasaran dengan timbangan 1 kg harganya juga relatif sama, ambil contoh hanya Rp. 2000,-/kg. Namun efektifnya untuk tanaman berbeda, jika TSP maka memiliki P2O5 sebanyak 4,6 ons, SP-36 punya P2O5 seberat 3,6 ons, dan terendah pupuk Superphos hanya 1,8 ons dalam 1 kg-nya (10 ons). Tentu petani dirugikan, harga sama namun efektivitas jika diberikan kepada tanaman berbeda.
Dosis anjuran pemupukan sebaiknya secara spesifik lokasi, namun jika anjuran pemupukan spesifik lokasi belum ada, maka dapat digunakan anjuran pemupukan secara nasional. Umumnya dosis pemupukan anjuran umum diberikan dalam 2 (dua) tahap dalam setahun, yaitu masing-masing setengah dosis dalam satu tahun.

Pemberian atau penebaran pupuk sebaiknya berada diatas penyebaran perakaran tanaman karet, karena penyerapan unsur hara pupuk oleh akar tanaman karet sangat efektif. Penyebaran pupuk mengikuti umur tanaman karet (Tabel 2).


Waktu pemupukan yang sangat efektif adalah saat tanaman karet mulai pembentukan daun baru setelah terjadinya gugur daun alamiah, walaupun waktunya bervariasi menuurut lokasi dan klon.

Bab 3. Penutup
Karet merupakan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting sebagai sumber penghasil devisa negara.  Produktivitas lateks yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat masih rendah yaitu kurang dari 800 kg/ha/tahun. Pemupukan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Kenaikan produksi karet setelah dilakukan pemupukan bervariasi dari 10 hingga 33%. Kadar atau kandungan hara yang terdapat dalam pupuk dan dalam tanah harus dimengerti oleh petani sebelum dilakuan pemupukan. Dosis yang dianjurkan untuk pemupukan sebainya adalah dosis yang spesifik lokasi, serta penyebaran pupuk sebaiknya berada diatas penyebaran perakaran tanaman karet.Waktu pemupukan yang sangat efektif adalah saat tanaman karet mulai pembentukan daun baru setelah terjadinya gugur daun alamiah.

Daftar Pustaka
Direktorat JenderalPerkebunan. 2005. Pedoman Umum ProgramRevitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet dan Kakao). Deptan : Jakarta.
Silea, L.M.j., dan Lita, M. 2006. Penggunaan Pupuk Bionik Pada Tanaman Rumput Laut (Eucheuma Sp). http://www.infodiknas.com/wp-content/uploads/2014/11/ PENGGUNAAN-PUPUK-BIONIK-PADA-TANAMAN-RUMPUT- LAUT.pdf. Diakses pada 26 April 2015.
Syafruddin. 2008. Rekomendasi Pemupukan P Untuk Tanaman Jagung Pada Tanah Inceptisols Menggunakan Pendekatan Uji Tanah. J. Tanah Trop, 13(2): 95-102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar